Lia Monica nama lengkapnya atau panggilannya Lia, gadis berkulit putih, tinggi 167 cm, berat 42 kg dan ukuran payudaranya aku perkirakan 34B, umurnya baru 18 tahunan, baru lulus SMU tahun lalu
Awal perkenalan saya dengan Lia, yaitu di gerai Indomaret Pejanggik di kota Mataram. mulanya kami hanya bertukar no telpon, lalu sering chatting di whatsapp. sejak saat itu kami intens bertukar sapa di WA, namun belum bertemu lagi. saya sering merayu dan menggodanya di WA. wajahnya memang rupawan, body-nya juga yahud. lelaki mana yg tidak tertarik melihatnya.
Tiap pagi, profil WA Lia berganti dengan selfie di depan atau di dalam Indomaret. kadang-kadang selfienya cukup berani, memperlihatkan cleavage (belahan dada)-nya yg menyembul di balik seragam khas Indomaret yg ia kenakan
seperti pagi ini, belahan dadanya yg montok itu ia pamerkan di WA, dengan 2 kancing baju dari seragam Indomaret yg sengaja ia buka. gundukan lemak berwarna putih itu tampak seolah-olah ingin tumpah dari tempatnya
“kamu gak takut banyak cowo di WA yg mupeng kalo berpose seperti itu?”
“engga om… aku cuekin aja. tapi kalo om yg WA sih, aku suka. om ganteng sih”
pandai juga nih anak merayu. untung tunanganku tidak melihat WA ini. aman…..
“om, lagi ngapain? besok Lia mau bolos kerja. bosen jadi kasir mulu. mau gak om ajak aku jalan-jalan?”
“Aku lagi liat email penawaran yang masuk nich.. biasa ada tawaran untuk guide untuk 1 bulan. ehhh.. jangan keseringan bolos dong. nanti gimana kata bos? btw panggil aja Andi ya” jawabku dalam chatingan
“Ya, Andi ganteeeng” jawabnya sambil ditambahkan emoticon cinta
besoknya kami berdua janjian untuk bertemu di KFC Mataram Mall. Setelah berbasa basi sejenak, aku mentraktir dia makan. hmmm wangi juga bau parfumnya, mana rok span lagi, si boy jadi bangkit nich. Wah, kalo bisa making love sama Lia, asyik juga.. Huh dasar lagi mumet nich otak, maunya si boy saja.
“Ndi, Lia boleh tanya nggak?”
“Boleh aja, andi itu orangnya terbuka kok en’ fair, mau nanya apa?”
“Kalo tamu ceweknya Andi ngajak jalan-jalan, bayar nggak?”
“Oh itu, ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Bali Lombok ditanggung senang dech. Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu”
“Kalo making love gimana?” tanya Lia antusias.
“Kalo making love sich, terserah tamunya, kalo suka sama Andi, ayo aja”
“Biasanya Andi selama ini dibayar berapa sich?”
“Standarnya 5 juta untuk 1 minggu, untuk tamu bule loh ya. kalo tamu lokal lebih murah sih”
“Mmh..” guman Lia seperti ingin menanyakan sesuatu tapi ragu-ragu.
“Kalo Lia udah pernah dicium belum atau udah pernah making love?” tanyaku.
“Ih, si Om nanyanya gitu”
“Ah, manggil om lagi. manggil Andi aja napa? nggak usah malu sama Andi, ceritain aja”
“Belum sich Ndi, cuma kalo nonton bokep dah sering”
“Jangan ditonton aja, praktek dong sama pacar” tantangku sambil menepuk pundaknya.
“Pacarnya Lia itu agak aneh kok”
“Gimana kalo praktek sama Andi, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil”
“Hush, jangan aneh-aneh Ndi, Lia udah punya pacar lho”
“Nggak aneh kok, kalo praktek pacar-pacaran” rayuku, sepertinya ada peluang nich.
“Iya sich, tapi..” jawabnya ragu-ragu.
Setelah selesai membalas email yang masuk, Aku berencana mengajak Lia ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan, ya nggak? Ternyata Lia itu tinggal bersama ibunya dan ayah Lia sedang tugas keluar pulau selama beberapa bulan.
“Mau nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Lia naik apa?”
“Naik bemo” (di Mataram sini, penduduk menyebut angkot dengan istilah ‘bemo’)
“Ya, udah pake mobil aku aja” ajakku bersemangat
jadi siang itu kami meluncur ke pantai Senggigi. sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan tentu aku juga membeli kondom, biasa.. he.. he..
AKu membawa mobil dengan santai, tapi terus terang situasi ini memang “menegangkan”. aku sudah membayangkan akan bercinta dengan ABG ini, lalu rok pendeknya itu lho. Sudah span, pas duduk dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih kencang.
“Eh, Ndi kok bengong, ngelamun jorok ya?”
“Eh.. Eh.. Nggak juga” jawabku tergagap-gagap.
“Terus kenapa liatin pahanya Lia terus”
“Badanmu itu bagus kok, rajin aerobic ya?”
“Pasti, supaya badan Lia tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?” tanyanya tersenyum.
“Seksi bo! aku parkir yang di pojok itu yach” tunjukku pada sebuah pojokan, agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih siapa tahu bisa indehoy.
“Bagus juga tuch tempatnya” jawab Lia setuju. aku pun memarkirkan mobil hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari pemukiman dan lalu lalang orang, paling-paling 1-2 orang yang berjalan di pantai, itupun agak samar-samar.
Mudah-mudahan pembaca tidak bingung membayangkan ilustrasi tempat yang saya ceritakan. Setelah aku parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Lia dan rekan kerjanya di Indomaret serta ibunya yang sering kesepian ditinggal pergi ayahnya
“Ngomongnya nggak enak ya kalo kita berjauhan begini”
“Maksud Andi..”
“Lia duduk aja dekat Andi”
“Tapi kursi itu kan cuma satu”
“Ayo dong Lia, duduk sini kupangku” rayu saya sambil menarik tangan kanannya.
“Malu ah, dilihat orang” jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai.
“Berarti kalau nggak ada orang nggak malu dong” ujarku sambil menarik tangannya agar mendekat pada saya.
“Ya.. Nggak gitu” jawabnya ragu-ragu.
“Saya udah jinak kok apalagi si boy ini paling jinak” goda saya lagi sambil menunjuk kontol saya yang sudah agak menggembung.
“Ih jorok ih” jawabnya tertawa pelan.
“Mau nggak?”
“Emm.. Bagaimana ya”
“Mau dech..” dan akhirnya dengan paksaan sedikit dan si Lia yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil menariknya bahkan Lia duduk dengan sedikit ragu.
Saya pangku Lia sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Lia yang saya pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit. Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Lia juga menikmatinya, kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.
“Oh ya, Andi mau nanya hal pribadi, boleh nggak?”
“Boleh aja” jawabnya sambil menggeser pantatnya supaya tidak terlalu merosot. Wah si boy saya jadi berdiri gara-gara si Lia memperbaiki posisi duduknya hingga pantatnya yang semok semakin mepet sama si boy. Coba pembaca bayangkan seperti posisi saya saat ditemani cewek ABG 18 tahun yang bongsor dan seksi, pasti si boy mau berontak keluar, so pasti coy.
“Lia pernah nggak making love?”
“Mmh.. Gimana ya” jawab Lia ragu-ragu sambil menggigit jari kelingking tangan kirinya.
“Ceritain dong..” bujuk saya sambil mengelus pahanya yang masih terbungkus roknya yang mini.
Lumayanlah sebagai permulaan pemanasan, ini kesempatan kalau Lia mau making love sama saya dan kalau tidak mau paling ditolak atau ditampar atau ditinggalkan, tapi dari perasaan saya sih, sepertinya mau.
“Pernah sih sama pacar, tapi itu dulu sebelum putus”
“Kok putus, kenapa emangnya?” tanyaku sambil tangan kiri saya memegang pinggangnya yang langsing.
“Sebetulnya Lia sayang sama dia, kalau cuma making love sich gpp. Yang penting pake kondom supaya aman”
“Terus apa masalahnya?”
“Ya itu, making lovenya agak aneh, masak Lia diikat dulu”
“Wah, itu sich namanya ada kelainan namanya, harusnya dengan lembut”
“Oh ya, Andi kalau making love sama tamunya secara lembut ya”
“Tentu saja, maka banyak cewek yang senang dengan cara yang romantis dan lembut”
“Asyik dong”
“Mau nyobain nggak?” tantang saya sambil mengelus tangan kirinya yang ternyata sangat halus.
“Wuhh.. Maunya tuch” jawab Lia mencibirkan bibirnya yang seksi.
“Pegang aja boleh nggak ya?” tanya saya mengiba dan tangan kanan saya mulai mengelus-ngelus pahanya yang masih terbungkus roknya dengan lembut.
“Emh.. Gimana ya.. Dikit aja ya” jawab Lia mengejutkan saya yang tadinya cuma bercanda, eh tidak tahunya dapat durian runtuh.
“Lia, mau bagian mana dulu?” goda saya sambil mengelus punggungnya yang halus.
“Ih genit ah..” candanya manja.
Aku naikkan tangan kanan mencoba menjamah payudara kirinya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dan kelihatannya tidak ada penolakan dari Lia. Dengan perlahan lehernya saya cium perlahan dan jamahan tangan saya berubah menjadi remasan supaya membangkitkan gairahnya. Ternyata Lia adalah tipe cewek yang libidonya cepat naik.
“Geli.. Ndi..” rintihnya pelan, tangan kirinya membantu tangan kanan saya untuk lebih aktif meremas payudara kiri dan kanannya secara bergantian. Lehernya yang putih saya cium dan jilat semakin cepat.
“Sst.. pe.. lan.. Ndi..”
Setelah beberapa menit, tiba-tiba Lia menurunkan tangan saya dan tangannya dengan terampil melepas tiga kancing atas bajunya serta mengarahkan tangan saya masuk ke dalam bajunya dan tangan kirinya mengusap pipi saya. Tangan kananku yang sudah separuh masuk bajunya langsung masuk juga dalam BH-nya yang ternyata berwarna putih polos. Gundukan payudaranya ternyata sudah keras dan tanpa menunggu aba-aba saya remas payudaranya dengan perlahan, kadang-kadang saya pelintir puting susunya.
“Ndi.. Sst.. Mmh.. Yang ki.. ri.. sst..” rintihnya pelan takut kedengaran.
“Lia, boleh nggak saya ci….” belum sempat habis pertanyaan saya, Lia sudah mencium saya dengan lembut yang kemudian saya balas ciumannya.
Semakin lama lidah saya mencari lidah Lia dan kami pun berciuman dengan mesra, bahkan saling menjilat bibir masing-masing. Sambil berciuman, kancing baju atas Lia yang tersisa itu pun langsung saya lepas hingga tampaklah payudaranya dengan jelas. Kembali saya cium payudaranya. Selama beberapa menit berciuman, kuluman dan hisapan pada putingnya membikin Lia bertambah merintih dan mendesis, untung saja pada saat itu masih sepi dan bukan hari libur atau hari minggu.
“Mmh.. gan.. ti.. sst.. kiri.. sstt..” rintih Lia memberi aba-aba sambil tangan meraih kepala saya dan menggeser serta menekan pada payudaranya.
“Ter.. Us.. Sst.. Ndi..”
Tangan kanan saya yang sedang berada di pusarnya turun merayap masuk ke dalam roknya dan mengelus vaginanya yang masih terbungkus CD searah jarum jam.
“Sst.. Terus.. Ndi” rintih Lia yang ikut membantu menyingkapkan roknya ke atas hingga pantatnya yang putih menyentuh paha saya yang masih terbungkus celana jins.
Setelah beberapa saat, saya masukkan tangan kanan ke dalam CD putihnya yang ternyata ditumbuhi bulu halus yang terawat rapi dan saya usap beberapa menit.
“Sst.. Ndi.. Ge.. Li.. Mmh..” gumam Lia pelan sambil matanya menatap setengah sayu. Gerakan jari tangan saya keluar masukkan ke dalam vaginanya yang mulai basah.
“Mmh.. Sst.. Enak.. Ndi.. Te.. Rus.. Agak cepe.. tan.. Sst”
“Sst.. Ya.. Nah.. Sst.. Gitu” rintih Lia yang kelihatan mulai terangsang hebat.
Tangan kiri saya yang tadinya hanya mengusap-usap pinggangnya jadi aktif mengusap payudara kirinya dan saya percepat permainan tangan pada vaginanya dan tiba-tiba saja Lia menjepit tangan saya dan disusul keluarnya cairan putih, berarti Lia telah orgasme yang pertama.
“Mmh.. Nikmat juga ya rasanya Ndi” gumam Lia sambil memandangku sayu.
“Mau nggak ngerasain si boy?” bujuk saya melihat Lia yang sedang terangsang berat.
“Mmh..” gumannya pelan, agak ragu Lia menjawab tapi akhirnya Lia pindah ke belakang mobil, wah tambah asyik nich.
Saya juga berpindah ke belakang mobil sambil melepas celana jins serta CD saya hingga bagian bawah saya bugil dan atasnya masih memakai kaos, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada orang lewat.
“Ndi.. Pelan aja” guman Lia pelan sambil melepas CD putihnya hingga Lia sekarang bagian bawah atasnya juga bugil cuma memakai baju
“Ya, Sayang, kupakai kondom dulu ya supaya aman” jawab saya sambil mengambil posisi duduk menghadap ke depan dan mengarahkan Lia dalam posisi saya pangku serta menghadap saya. Pantatnya yang semok saya pegang dengan kedua tangan dan memberi arahan pada Lia.
“Pegangin si boy, ya tangan kanan” pinta saya pada Lia yang memegang kontolku dan mengarahkan ke vaginanya yang masih sempit.
“Nanti Lia dorong ke bawah ya, kalau udah pas kontolnya”
“Aduh.. Sakit..” rintih Lia karena kontol saya meleset pada bibir vaginanya.
Kembali saya arahkan kontol pada lubang vaginanya, pada usaha keempat, bless akhirnya masuk kepala dulu.
“Sst.. Pe.. Lan.. Ndi..” Rintih Lia sambil memegang tangan kiri saya dengan tangan kanannya dan mengigit bibir bawahnya dengan pelan.
“Pertamanya sakit kok, tapi agak lama juga enak” rayu saya sambil mendorong pinggulnya ke bawah hingga lama kelamaan, bless..
“Akhh..” jerit Lia lirih karena kontol saya semuanya masuk dalam vaginanya.
“Gimana rasanya?”
“Sakit sich, tapi.. Geli..” gumam Lia mencium saya dengan lembut. Dengan perlahan saya sodok vaginanya naik turun hingga Lia mendesis lirih.
“Sst.. Agak.. ee.. tengah.. sst..” rintih Lia lirih sambil menggoyangkan pinggulnya hingga sodokan dan goyangan itu menimbulkan bunyi clop.. clop.. clop.., begitu kira-kira.
Semakin lama sodokan saya percepat disertai dengan goyangan Lia yang makin liar hingga tangan saya kewalahan menahan posisi vaginanya agar pas pada kontol saya yang keluar masuk makin cepat. Bahkan payudaranya bergoyang-goyang ke atas ke bawah, kadang membentur muka saya, sungguh nikmat sekali pembaca sekalian.
“Barengan ya keluarnya ya.. Mmh..” perintah saya pada Lia karena sepertinya lahar putih saya sudah sampai puncaknya, jadi saya berusaha bertahan beberapa menit lagi.
“Mmhm.. Sst.. Ya.. Ndi..”
“Ce.. Petan.. Sst.. Ndi..” rintih Lia sambil memeluk dan menjepit saya dengan keras. Rupanya Lia sudah mencapai puncaknya dengan goyangannya yang makin keras.
“Ssrtss.. Seka.. Rang.. Sst.. Akhkk..” jerit Lia karena keluarnya cairan putih itu yang berbarengan dengan bobolnya pertahanan saya, secara bersaman kami saling memeluk menikmati sensasi yang luar biasa itu.
Beberapa saat kami masih berpelukan disertai tetesan keringat membasahi badan padahal mobil masih menjalankan AC-nya hampir full.
“Gimana rasanya, puas nggak” tanya saya sambil mencium bibirnya yang indah itu.
“enak juga making love sama Andi. Lain sama pacarnya Lia, agak kasar sich” celotehnya sambil melepaskan pelukan saya dan memakai kembali CD dan BH-nya yang berwarna putih itu, setelah Lia kembali memakai bajunya dan tentu saya juga, jam telah menunjukkan pukul 11.45 siang.
“Sebagai tanda terima kasih, gimana kalau Andi kutraktir”
“Boleh saja, sekarang kita kemana?” tanyaku sambil mengarahkan mobil ke arah kota
“Pulang dong” jawabnya manja.
“Lho, terus saya ngapain”
“Nanti kukenalin sama mamanya Lia dan adiknya Lia, mau nggak Om?”
“Okey..”
setelah 20 menitan, kami sampai di rumahnya. Loh ternyata Lia tinggal di komplek perumahan yg cukup mewah. tapi kok bekerja di Indomaret sebagai kasir ya??
Tampak seorang wanita yang anggun dan cantik berusia kurang lebih 47 tahun sedang membaca sebuah majalah. Tapi yang menarik perhatianku, baju longdress yang dikenakannya dengan belahan atas yang rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang berwarna putih itu, sepertinya lebih besar daripada punya Lia, tingginya kira-kira 163 cm/50 kg.
“Selamat siang Bu” sapa saya sopan.
“Selamat siang mas” jawabnya ramah sambil bersalaman dengan saya.
“Ma, kenalin ini guru privat kursus bahasa Inggris Lia yang baru, rencananya sich abis makan siang kita belajar”
“E.. Eh.. Ya..” jawab saya tergagap-gagap karena begitu lihainya Lia memperkenalkan saya sebagai guru privatnya
dari perbincangan dengan ibunya, aku tahu jika Lia bekerja di Indomaret untuk isi waktu dan cari pengalaman saja. sebenarnya ia sedang menunggu SMNPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tahun depan karena tahun ini gagal. Ibunya yang cantik ini juga mendorong Lia untuk mencari kursus-kursus yg sekiranya dapat meningkatkan soft skills seperti kursus bahasa Inggris misalnya
Setelah berbicara dengan ibunya mengenai les dan biaya tetek bengek lainnya, disepakati bahwa les privat cuma bisa saya lakukan dua minggu, karena sebentar lagi ada job sebagai tour guide di Bali.
Siang itu saya makan bersama Lia setelah ditinggal ibunya pergi keluar dan baru pulang sore hari. Lia sudah berganti pakaian dengan celana pendek dan kaos ketat khas ABG.
“Gila kamu Lia, nanti kalau ketahuan ibumu gimana?”
“Tenang aja, mama itu jarang kok nyampurin urusan Lia”
“Oh, gitu”
“Katanya Andi mau ngajarin Lia” goda Lia penuh arti sambil mengerling nakal. Ini baru namanya surga dunia, setelah puas makan kami mengobrol sambil menonton film DVD yang dibawa Lia.
Selama dua minggu “kursus bahasa Inggris privat”, kami sering making love tanpa sepengetahuan mamanya, pokoknya hampir tiap bertemu dengan berbagai posisi, yang sering di mobil, kamar tidur, kamar mandi, bahkan di suatu acara ulang tahun mamanya, saya diundang.
“Gimana Ndi, ramai nggak ulang tahun mama saya?”
“Wah, ramai sekali, pasti papamu pejabat ya?”
“Ah enggak kok, Papa itu pegawai swasta”
“Oh gitu” jawab saya sambil memperhatikan Lia yang malam itu memakai gaun yang sungguh indah, apalagi belahan atas gaunnya sungguh rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang putih mulus itu, mungkin tidak pake BH, gaunnya yang berwarna hijau cuma sebatas di atas lutut.
Bahkan kalau Lia duduk dan saya perhatikan gaun bawahnya, mungkin dengan sengaja Lia membuka gaun bawahnya hingga memperlihatkan CD-nya yang berwarna merah muda itu. Wow, sungguh membuat si boy berontak, tapi saya pura-pura cool saja.
“Ndi, Lia lagi pengin nich, gimana?” tanya Lia tiba-tiba sambil mendekat pada saya.
“Kita cari ruangan yuk” ajak saya yang kebetulan tadi melihat ruangan dekat taman sedang kosong.
“Lho kok ke sini, apa tidak ke kamar?” tanya Lia heran.
“Bosan ah di kamar, cari variasi lain, mau nggak?”
“Ayo, cepetan waktunya mepet nich” gandeng Lia terburu-buru.
“Lia, kamu malam ini can..” belum sempat saya berkata romantis sudah dipotong Lia dengan ciumannya yang melumat bibir saya dengan ganas, kami pun berciuman dengan alot sambil tangan saya masuk ke belahan gaunnya dan meremas payudaranya dengan gemas.
“Mmh..” gumam Lia karena bibirnya sudah menyatu dengan bibir saya sambil tangannya membuka resleting celana panjang saya dan meremas-remas kontol saya yang sudah berdiri sejak tadi.
Beberapa menit kami saling melakukan ciuman dan remasan hingga akhirnya Lia mendorong saya perlahan.
“Ayo Ndi, buka celanamu” perintah Lia sambil melepas CD saya dan Lia mengambil posisi berjongkok untuk menghisap kontolku dengan sedotan yang agak keras.
“Pe.. Lan.. Aja..” pinta saya pada Lia karena kerasnya hisapan Lia hingga semua kontol saya masuk pada mulutnya. Beberapa menit telah berlalu dan saya sungguh tidak tahan dengan posisi tersebut.
“Gantian dong..” pinta saya pada Lia sambil saya berjongkok dan membuka CD merah mudanya serta menghisap vaginanya dan mencari biji kacangnya, menghisap dan menjilat sampai dalam vaginanya hingga semakin banyak cairan yang keluar dan Lia semakin merintih-rintih dalam posisi berdiri.
“Sst.. Isep.. Yang keras.. Ndi.. Sst..”
“Udah Ndi.. Sst.. Ayo..” rintihan dan celotehan Lia meminta saya untuk memasukkan si boy ke dalam vaginanya.
Kami sekarang berdiri tapi Lia menghadap ke tembok, saya singkap gaunnya dari belakang, dengan dibantu Lia saya berusaha menyodokkan kontol saya dari belakang pantatnya. Akhirnya masuk semua kontol saya dalam vaginanya, sodokan demi sodokan dengan cepat membuat Lia merintih meminta saya segera mengakhiri permainan itu, beberapa puluh menit kemudian..
“Sst.. Ayo.. Ndi.. Sst.. Keluarin..”
“Lia udah pegel nich sst..” rintih Lia lirih karena kami jarang melakukannya dalam posisi berdiri.
“Sst.. Aduh.. Akhkk..” Dan akhirnya croott.. croot.. Keluarlah lahar putih itu bersamaan dengan jeritan Lia.
Itulah malam terakhir kami sebelum aku bertugas di Bali sebagai tour guide. sebulan kemudian, aku kembali dan terus melanjutkan hubunganku dengan Lia dan…. mamanya juga! nanti kapan-kapan aku ceritain yaa
PELANGI CASINO